- Merkurius, planet terdekat dari Matahari mengandung es dalam jumlah yang besar, 100 miliar hingga 1 triliun ton. Hal ini dinyatakan peneliti yang bekerja dengan NASA"s Messenger spacecraft, Kamis (29/11).
Seorang prinsipal dari NASA, Sean C. Solomon mengatakan bahwa lapisan es di Merkurius cukup untuk menutup Washington D.C dengan ketebalan 2,5 mil atau 4 kilometer. Ada kontras yang sangat besar dari planet ini, pada siang hari temperaturnya dapat mencapai 426 derajat celsius.
Akan tetapi, di area dekat kutub Merkurius di mana Matahari tidak pernah menyentuhnya, temperatur mencapai -187 derajat celsius. "Dalam tubuh planet ada tempat tersembunyi yang menarik untuk dicari tahu," jelas Peneliti Senior dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, David J. Lawrence.
Astronom sebenarnya telah menemukan petunjuk adanya lapisan es itu beberapa dekade sebelumnya saat teleskop melihat pantulan gelombang radio dengan refleksi yang sangat terang.
Namun, peneliti menduga hal itu terkait dengan sulfur. Es yang hampir sejernih air itu diindikasikan berasal dari tabrakan komet jutaan tahun yang lalu. "Manusia menganggapnya sebagai lelucon, tapi ini sangat gila," jelas Profesor Geologi dari UCLA, David A. Paige. (KF-SOS/AS/Sciencedaily/The New York Times)
Seorang prinsipal dari NASA, Sean C. Solomon mengatakan bahwa lapisan es di Merkurius cukup untuk menutup Washington D.C dengan ketebalan 2,5 mil atau 4 kilometer. Ada kontras yang sangat besar dari planet ini, pada siang hari temperaturnya dapat mencapai 426 derajat celsius.
Akan tetapi, di area dekat kutub Merkurius di mana Matahari tidak pernah menyentuhnya, temperatur mencapai -187 derajat celsius. "Dalam tubuh planet ada tempat tersembunyi yang menarik untuk dicari tahu," jelas Peneliti Senior dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, David J. Lawrence.
Astronom sebenarnya telah menemukan petunjuk adanya lapisan es itu beberapa dekade sebelumnya saat teleskop melihat pantulan gelombang radio dengan refleksi yang sangat terang.
Namun, peneliti menduga hal itu terkait dengan sulfur. Es yang hampir sejernih air itu diindikasikan berasal dari tabrakan komet jutaan tahun yang lalu. "Manusia menganggapnya sebagai lelucon, tapi ini sangat gila," jelas Profesor Geologi dari UCLA, David A. Paige. (KF-SOS/AS/Sciencedaily/The New York Times)