Sekitar 10 makam kuno di Raja Ampat, Papua Barat, dijarah setelah dibukanya akses perairan untuk pariwisata. Makam kuno itu terletak di ceruk-ceruk goa bukit karst di laut Raja Ampat.
Penjarahan itu terjadi di Misole, Teluk Maya Libit, dan Teluk Kabui. Diperkirakan benda hilang meliputi ratusan tengkorak dan bekal kubur berupa piring-piring keramik China dan patung- patung kayu adat Raja Ampat.
Tokoh Pemuda Masyarakat Raja Ampat, Abraham Goran Gaman (43), mengatakan, di makam kuno Aikor, Teluk Maya Libit, saat ini tak ada lagi tengkorak tersisa. Warga juga menemukan bekas-bekas galian untuk mengambil bekal kubur, tetapi tak mengetahui pelakunya.
Warga umumnya menyalahkan turis karena kehilangan di makam kuno mulai terjadi sejak akses pariwisata ke Raja Ampat terbuka untuk turis, tahun 2008, katanya
Makam-makam kuno Raja Ampat itu diperkirakan telah berusia lebih dari 300 tahun. Pada zaman dulu, adat pemakaman Raja Ampat adalah meletakkan jenazah di goa bukit kapur tanpa dikubur bersama bekal kubur. Meski tak lagi dilakukan, masyarakat masih menganggap makam kuno sebagai tempat yang sakral.
Menurut Abraham, pencurian sulit dipantau karena makam kuno terletak di pulau yang berbeda dari pemukiman warga. Masyarakat pun sangat takut mendekati makam kuno karena dianggap sakral.
Salah seorang dari tiga Kepala Adat Desa Wawiyai, di Teluk Kabui, Gerson Mangindal, mengatakan, penjarahan itu telah dilaporkan ke dinas pariwisata.
Makam kuno selama ini menjadi daya tarik wisatawan selain keindahan laut Raja Ampat.